Res Area Bantaeng: Miliaran Rupiah Terbuang, Fasilitas Kromosom Tanpa Manfaat

BANTAENG, kosongsatunews.com – Res area di Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan dengan anggaran miliaran rupiah kini menjadi sorotan tajam. Berdasarkan pantauan langsung tim redaksi kosongsatunews.com pada Selasa sore, 10 September 2024, area yang seharusnya menjadi pusat peristirahatan dan penggerak ekonomi lokal ini tampak sepi dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Beberapa fasilitas yang sudah dibangun, seperti kios pedagang dan klinik kesehatan, justru terlihat teralantarkan, tanpa aktivitas berarti.

Salah satu pemandangan yang mencolok adalah deretan kios yang dibangun untuk menampung pelaku UMKM lokal. Dari puluhan kios yang tersedia, hanya satu kios yang terisi. Ironisnya, satu-satunya pedagang di lokasi tersebut adalah Karaeng Situ, penjaga masjid yang berjualan di salah satu sudut bangunan. “Setiap hari, hasil jualan saya nyaris tidak ada. Tempat ini terlalu sepi, orang-orang jarang singgah,” ungkap Karaeng saat berbincang dengan tim kosongsatunews.com.

Kondisi ini jelas berbanding terbalik dengan lalu lintas kendaraan yang cukup padat di area tersebut. Diperkirakan ribuan kendaraan melintas di kawasan res area ini setiap harinya. Namun, hal itu tidak serta-merta membuat orang tertarik untuk berhenti dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Banyak pengendara yang lebih memilih untuk tidak singgah di res area karena ketidaknyamanan yang dirasakan.

Anto, seorang sopir yang sering melintasi jalur ini dari Kabupaten Sinjai, menyoroti kurangnya kenyamanan di res area tersebut. “Tidak ada pohon di area parkir, jadi mobil langsung kena panas. Lebih nyaman istirahat di pinggir jalan di bawah pohon yang sejuk,” keluh Anto. Menurutnya, res area yang gersang dan minim fasilitas peneduh membuatnya lebih memilih berhenti di tempat lain yang lebih nyaman.

Selain itu, kondisi bangunan di area tersebut juga mulai memprihatinkan. Lantai di beberapa gasebo sudah mulai rapuh, sementara papan-papan penanda bangunan banyak yang terlepas. Klinik yang ada di lokasi ini pun tampak tidak berfungsi dengan baik, tanpa adanya kegiatan berarti. Res area ini seakan menjadi proyek besar yang kromosom dan gagal berfungsi sesuai harapan.

Res area Bantaeng sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Letaknya yang strategis dan pemandangan alam yang indah bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Di bagian belakang, terdapat aliran sungai yang seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai spot rekreasi, sementara di depan terbentang laut yang luas. Namun, potensi ini tampaknya tidak dioptimalkan dengan baik.

Salah satu masalah utama yang mencuat adalah kurangnya perhatian terhadap konsep ramah lingkungan. Res area yang seharusnya menjadi tempat istirahat yang nyaman justru terasa gersang dan tidak menarik bagi pengunjung. Menurut tinjauan kosongsatunews.com, dengan mengalokasikan 20 persen dari total anggaran untuk penghijauan, res area ini bisa jauh lebih nyaman dan ramah lingkungan. Pohon-pohon rindang yang ditanam di area parkir dan sekitarnya dapat memberikan keteduhan dan meningkatkan daya tarik bagi para pelintas.

Terkait konsep pengembangan ekonomi lokal, res area ini dirancang untuk mendukung UMKM setempat. Namun, dengan minimnya pengunjung, para pedagang kesulitan mendapatkan keuntungan. Hal ini menunjukkan bahwa konsep pengembangan ekonomi lokal belum dijalankan dengan maksimal. Banyak lapak yang kosong dan tidak terpakai, sehingga fasilitas yang dibangun dengan biaya besar hanya terkesan sebagai pemborosan anggaran.

Lebih jauh lagi, res area yang diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lokal justru menjadi contoh kegagalan dalam penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang baik. Pembangunan yang tidak memperhitungkan aspek-aspek penting seperti kenyamanan pengunjung dan keberlanjutan lingkungan menunjukkan adanya kekurangan dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek ini.

Di sinilah pentingnya penerapan prinsip 3S dalam setiap pembangunan infrastruktur publik: Sukses Administrasi, Sukses Pelaksanaan Fisik, dan Sukses Manfaat. Dari ketiga prinsip tersebut, poin terakhir—manfaat bagi masyarakat—seharusnya menjadi fokus utama. Tanpa manfaat nyata yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, pembangunan ini hanya akan menambah deretan proyek gagal yang menguras anggaran negara tanpa hasil signifikan.

Pemerintah Kabupaten Bantaeng harus segera bertindak. Apakah res area ini akan dibiarkan begitu saja tanpa perbaikan, atau justru akan dimanfaatkan secara optimal dengan mengubah konsepnya agar lebih ramah lingkungan dan menarik bagi pengunjung? Tindakan konkret perlu diambil untuk menghindari stigma pemborosan anggaran dan memaksimalkan potensi res area sebagai penggerak ekonomi lokal.

Langkah-langkah seperti penghijauan dan penambahan fasilitas yang lebih nyaman bagi pengunjung harus menjadi prioritas. Penanaman pohon di area parkir dan fasilitas umum yang lebih memadai akan menciptakan suasana yang lebih nyaman bagi para pengendara yang singgah. Jika langkah-langkah ini dilakukan, res area Bantaeng bisa menjadi tempat yang ramai, dan lapak-lapak kosong akan segera terisi oleh pedagang yang mampu memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian masyarakat setempat.

Pembangunan res area seperti ini tidak hanya soal fisik bangunan, tetapi juga soal bagaimana menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan kenyamanan pengunjung. Pemerintah Kabupaten Bantaeng memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa setiap rupiah dari anggaran yang digunakan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, bukan sekadar proyek tanpa arah yang jelas.(Yusuf Buraerah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *