Janji Pembangunan yang Tertunda: Kekecewaan Masyarakat Sinjai

SINJAI, Kosongsatunews.com – Kekecewaan mendalam dirasakan masyarakat Sinjai bukan hanya akibat janji alokasi anggaran Rp5 miliar untuk sektor kelautan yang hingga kini belum sepenuhnya terealisasi, tetapi juga karena janji-janji pembangunan infrastruktur yang belum kunjung dilaksanakan. Pada perayaan Hari Jadi Sinjai ke-460, 27 Februari 2024, Asisten II Pemprov Sulsel, Dr. Ichsan Mustari, yang mewakili Pj. Gubernur Sulawesi Selatan, menyampaikan komitmen besar Pemprov Sulsel untuk mengalokasikan dana signifikan guna pengembangan sektor kelautan dan perbaikan infrastruktur penting di daerah tersebut.

Salah satu janji yang paling disorot adalah perbaikan ruas jalan Mata-matae-Tadi, jalur utama menuju wisata Bulu Lanceng dan penghubung antara Desa Baru dan Desa Talle. Jalan ini merupakan nadi penting bagi mobilitas masyarakat dan pengembangan pariwisata lokal. Namun, hingga saat ini, proyek perbaikan jalan tersebut belum juga dimulai, menyisakan rasa kekecewaan yang mendalam di kalangan warga.

Muhlis, Kepala Desa Baru, Kecamatan Sinjai Tengah, dengan tegas mengungkapkan ketidakpuasan melalui WhatsApp kepada Kosongsatunews.com pada Selasa, 10 September 2024. Ia menyatakan, “Dari janji ini, saya merasa dipermainkan karena ruas jalan Mata-matae-Tadi yang seharusnya dikerjakan melalui bantuan anggaran provinsi, ternyata hingga kini belum ada realisasinya.” Ungkapan ini mencerminkan betapa mendalamnya rasa kecewa masyarakat terhadap janji pembangunan yang tak kunjung direalisasikan.

Aktivis Ampera, Abdul Asizul Gaffar, yang vokal dalam menyuarakan keluhan masyarakat melalui demonstrasi, menegaskan bahwa jika janji-janji ini tidak ditepati, maka kepercayaan masyarakat Sinjai terhadap Pemprov Sulsel akan semakin menurun. Ia menyatakan, “Kegagalan memenuhi janji-janji ini akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap Pemprov Sulsel. Ini bukan hanya masalah infrastruktur dan kelautan, tetapi juga berkaitan dengan kredibilitas dan komitmen pemerintah dalam memenuhi kebutuhan rakyat.”

Sementara itu, janji alokasi anggaran Rp5 miliar untuk sektor kelautan juga belum menunjukkan kemajuan yang signifikan. Beberapa program, seperti pengadaan rumpon, telah dimulai, namun hasilnya masih jauh dari harapan awal. Masyarakat pesisir, yang berharap besar pada janji ini untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, kini merasakan kekecewaan yang mendalam karena progress yang dicapai sangat minim.

Kondisi ini tidak hanya memengaruhi akses ke destinasi wisata tetapi juga berdampak serius pada ekonomi lokal, yang sangat bergantung pada pariwisata dan perdagangan. Janji perbaikan jalan dan alokasi anggaran seharusnya menjadi langkah konkret untuk memperbaiki kualitas hidup dan memajukan perekonomian setempat. Namun, kenyataannya, ketidakpastian dan keterlambatan justru memperburuk keadaan.

Masyarakat kini semakin mempertanyakan alasan di balik lambatnya pelaksanaan proyek-proyek ini. Mereka mendesak Pemprov Sulsel untuk memberikan penjelasan yang jelas dan memastikan bahwa dana yang dialokasikan benar-benar digunakan sesuai tujuan yang telah dijanjikan. Desakan untuk adanya transparansi dan investigasi semakin kuat di tengah ketidakjelasan mengenai penggunaan anggaran.

Sektor kelautan dan infrastruktur merupakan elemen krusial bagi kesejahteraan dan kemajuan daerah. Janji-janji tersebut seharusnya menjadi bagian dari upaya bersama untuk mendorong kemajuan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Sinjai. Namun, dengan ketidakpastian dan keterlambatan yang ada, harapan masyarakat semakin menipis.

Saat ini, perhatian masyarakat Sinjai tertuju pada Pemprov Sulsel, menunggu tindakan nyata untuk memenuhi janji-janji yang telah disampaikan. Kekecewaan yang melanda masyarakat menggambarkan ketidakpastian yang sedang mereka alami, sementara mereka hanya bisa berharap pemerintah segera menepati janji dan memperbaiki kondisi yang ada.

Waktu akan menentukan apakah janji-janji ini akan menjadi kenyataan atau hanya sekadar angin lalu. Masyarakat Sinjai berharap agar semua janji tersebut tidak hanya berhenti pada kata-kata, tetapi benar-benar diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata yang memberikan manfaat dan perubahan positif bagi kehidupan mereka.(Yusuf Buraerah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *