Penulis: Yusuf Buraerah
OPINI – Dalam dinamika politik, Pilkada Sinjai 2024 menjadi salah satu momen penting bagi masyarakat untuk menentukan arah pembangunan daerah. Menariknya, para pasangan calon (paslon) yang berlaga, meskipun berkompetisi, menunjukkan sikap saling menghargai dan memuliakan. Sikap ini menjadi teladan bagi para pendukung dan simpatisan untuk tetap mengutamakan nilai-nilai persaudaraan di tengah perbedaan.
Empat pasangan calon yang telah ditetapkan dengan nomor urut masing-masing adalah MAIKI (Muzayyin Arif-Andi Ikhsan Hamid) di nomor urut 1, RAMAH (Hj. Ratnawati-Andi Mahyanto Masda) di nomor urut 2, SANTUN (Hj. Nursanti-Lukman H. Arsal) di nomor urut 3, dan BERAKAR-MI (Hj. Andi Kartini Ottong-Muzakkir) di nomor urut 4. Hubungan kekerabatan yang masih terjalin di antara para kandidat menjadi bukti nyata bahwa politik tidak selalu harus berujung pada permusuhan atau saling menjatuhkan.
Nilai-nilai persaudaraan ini sejalan dengan falsafah kehidupan masyarakat Sinjai yang menjunjung tinggi kebersamaan dan persatuan. Pilihan politik boleh berbeda, tetapi semangat untuk menjaga kebersamaan sebagai satu masyarakat tidak boleh luntur. Sikap saling menghormati yang ditunjukkan oleh para kandidat diharapkan dapat meredam potensi konflik di tingkat akar rumput.
Masyarakat perlu menyadari bahwa Pilkada adalah alat untuk mencapai tujuan bersama, bukan ajang untuk memecah belah. Dalam konteks ini, pendukung dan simpatisan perlu menahan diri dari tindakan-tindakan provokatif, seperti kampanye hitam atau ujaran kebencian. Persaingan yang sehat, berdasarkan gagasan dan program kerja, adalah bentuk demokrasi yang lebih bermartabat.
Tidak dapat dimungkiri, tensi politik sering kali memanas saat mendekati hari pemungutan suara. Namun, sebagai masyarakat yang beradab, nilai-nilai persaudaraan dan persatuan harus selalu menjadi prioritas. Belajar dari sejarah, para pendahulu Sinjai telah menanamkan semangat untuk saling menguatkan, bukan saling melemahkan.
Pilkada serentak pada 27 November 2024 ini menjadi ujian bagi masyarakat Sinjai untuk membuktikan kedewasaan politiknya. Momen ini juga harus dimanfaatkan untuk menunjukkan kepada generasi mendatang bahwa perbedaan pandangan politik dapat dijalani dengan penuh kedamaian.
Selain itu, peran tokoh masyarakat, pemuda, dan ulama sangat penting dalam menjaga harmoni selama proses Pilkada. Mereka dapat menjadi penggerak untuk menyuarakan pesan-pesan persatuan dan meluruskan informasi yang berpotensi memecah belah.
Sinjai memiliki peluang besar untuk menjadi contoh daerah dengan demokrasi yang harmonis. Dengan menjadikan Pilkada ini sebagai ajang untuk memperkuat persaudaraan, masyarakat tidak hanya memilih pemimpin, tetapi juga membangun pondasi kebersamaan yang kokoh demi masa depan Sinjai yang lebih baik.
Pada akhirnya, Pilkada bukan sekadar soal siapa yang menang atau kalah. Lebih dari itu, ini adalah kesempatan untuk memperkuat semangat persatuan. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan, Sinjai dapat melangkah ke depan dengan penuh optimisme dan keharmonisan.