Hari Aksara ke-54! Gub Sulsel: Giat Literasi merupakan Hak Belajar Sepanjang Hidup

Makassar, kosongsatunews.com – Kota Makassar menjadi tuan rumah Hari Aksara Internasional Ke-54, Tingkat Nasional. Kegiatan tahun ini, mengangkat tema: “Ragam Budaya Lokal dan Literasi Masyarakat”, di Lapangan Karebosi, Sabtu (7/9).

Peringatan ini memiliki arti sangat penting dalam pemberantasan buta aksara. Tujuannya, sebagai upaya memperkuat komitmen seluruh pemangku kepentingan dalam pemberantasan buta aksara di Indonesia. Sebagai gerakan literasi nasional, mengingatkan kembali konsensus negara-negara dunia melakukan aksi nyata dalam memerangi kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan. Serta pemberdayaan masyarakat untuk memajukan peradaban dunia, sebagai momentum kebangkitan negara-negara berpenduduk buta aksara, dalam berupaya untuk menuntaskan buta aksara.

Kegiatan ini, diperkuat dengan hadirnya; Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel dan Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, menyelenggarakan berbagai kegiatan. Antara lain, berupa: pameran produk unggulan PAUD dan Dikmas Festival Literasi Indonesia, evaluasi pelaksanaan saran dan kesetaraan pendidikan keaksaraan, komunitas adat terpencil dan khusus, bimbingan teknis pendidikan berkelanjutan, percepatan satuan pendidikan non-formal terakreditasi dan berbagai kegiatan lainnya.

Gubernur Sulsel Prof HM Nurdin Abdullah, dalam sambutan selamat datangnya, menyampaikan rasa terima kasih, atas ditunjuknya Makassar sebagai tuan rumah.

“8 September adalah hari yang ditetapkan UNESCO sebagai Hari Aksara Internasional. Dimana hari ini, kita peringati di Makassar,” urai Gubernur Sulsel.

Lebih jauh diuraikannya, sesuai dengan tema, yaitu: “Ragam Budaya Lokal dan Literasi Masyarakat”, dia pun memperkenalkan salah satu nilai luhur yang lahir dari Sulsel. Yaitu: sipakatau, sipakainge dan sipakalebbi, yang memiliki arti saling memanusiakan, saling mengingatkan dan saling menghargai.

“Nilai ini diajarkan secara turun-temurun oleh orang tua kita, untuk membentuk karakter kita bersama,” jelas Prof HM Nurdin Abdullah.

Ia yakin, dengan menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, maka bisa menciptakan keharmonisan dan suasana yang kondusif di tengah-tengah masyarakat. Ini juga dapat diterapkan di era yang serba menggunakan teknologi. Misalnya, dengan sosial media untuk menyebarkan berita yang baik, dan termasuk dalam memerangi penyebaran berita hoaks.

“Inilah tantangan literasi pada abad 21, yang lebih dari kemampuan baca, tulis dan hitung. Literasi yang berdasar budaya luhur, saling menghargai, menyebarkan kebaikan dan kritis menerima setiap informasi yang kita terima,” tegasnya.

Ditegaskannya, persoalan buta aksara merupakan masalah besar yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia, khususnya di Sulsel. Berdasarkan data BPS, lanjutnya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulsel 2018, mencapai 70,90.

Berdasarkan peta daerah, IPM di Sulsel terbilang positif, karena sebagian sudah berstatus tinggi. Dari 24 kabupaten kota, tinggal 11 kabupaten dengan status sedang, tujuh daerah berstatus tinggi, yaitu: Parepare, Palopo, Luwu Timur, Enrekang Pinrang, Sidrap, Barru, dan Kota Makassar satu-satunya berada di level sangat tinggi.

Ditambahkannya, gerakan literasi sekarang ini, menjadi gerakan yang terus disosialisasikan pada setiap lapisan masyarakat.

“Kegiatan literasi, merupakan suatu bentuk hak dari setiap orang untuk belajar sepanjang hidupnya,” tandas Sang Professor dengan sejuta karya.

Hadir juga dalam peringatan Hari Aksara Internasional Tingkat Nasional, yakni: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Muhadjir Effendy, Bunda PAUD Sulsel, Lies F Nurdin, Ketua Dewan Pendidikan Sulsel dan Ketua PGRI Sulsel.
(Syahrir AR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *