MAJENE, Kosongsatunews.com – Rapat dengar pendapat (RDP) antara DPRD Majene dengan pihak Rumah sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat, berujung ricuh di ruang sidang utama DPRD Majene, Selasa (28/1/2020) pagi, sekira pukul 10:00, Wita.
Dilansir SINDOQPOSNews.com, Kericuhan terjadi saat ketua DPRD melarang wartawan meliput RDP terkait layanan rumah sakit umum daerah (RSUD) kabupaten Majene.
RDP sudah berlangsung sekira 20 menit, tiba-tiba ketua DPRD Majene Hj. Salmawati Djamalo menginstruksikan wartawan dilarang meliput, sehingga Ia menyuruh wartawan keluar dari ruangan sidang utama.
Alasan ketua DPRD Majene Hj. Salmawati Djamalo melarang wartawan meliput, karena yang dibahas terkait penyakit. Sehingga kata dia untuk wartawan bisa meliput harus sepengetahuan pihak keluarga pasien.
“Kalau berhubungan dengan kesehatan harus sepengetahuan dengan keluarga pasien,” tandas ketua DPRD Majene dengan suara tinggi, dari partai persatuan pembangunan (PPP).
Bersitegang hingga kericuhan memuncak saat wakil ketua II DPRD Majene Adi Ahsan memperbolehkan wartawan tetap bisa meliput dan melarang wartawan keluar dari ruangan.
Salmawati Djamalo dan Adi Ahsan selaku pimpinan DPRD Majene duduk berdampingan, memimpin RDP tersebut adalah bagian pembahasan Komisi III, sehingga ketua komisi III Muhammad Safaat dan sejumlah anggotanya juga hadir di rapat itu.
Saling bantah tak terelakkan, ketua DPRD tetap besihkukuh melarang wartawan meliput, namun wakil ketua DPRD Adi Ahsan tetap pada prinsipnya memperbolehkan wartawan meliput.
“Ini bukan masalah penyakit tapi ini masalah pelayanan, jadi wartawan tidak boleh keluar,” tegas Adi Ahsan dengan nada tinggi pula.
Tak terbendung kedua pimpinan DPRD itu saling berargumen dan saling bantah hingga suasana ruangan sidang utama menjadi gemuruh oleh suara keduanya.
Adi Ahsan politisi Partai Golkar ini kembali menyatakan, wartawan harus tetap ada di dalam (ruangan rapat) untuk meliput agar masyarakat luas bisa tahu hasil RDP tersebut, dan ini merupakan bagian dari transparansi kepada publik.
“Harus tetap ada di dalam (ruangan rapat) untuk meliput agar bisa tahu sebenarnya,” tegas mantan aktivis Unhas itu.
Tak disangka, saat saling tegang antar pimpinan itu berlangsung, refleks meja di depan wakil ketua DPRD Adi Ahsan terdorong ke depan hingga terbalik ke lantai.
Sontak suasan menjadi gaduh. Sejumlah orang yang hadir melerai kericuhan itu. Tak ketinggalan sejumlah wartawan yang turut menyaksikan kericuhan itu, turut menenangkan suasana dan membantu mengangkat meja pimpinan sidang kembali ke tempatnya.
Tidak sampai disitu, setelah ketua DPRD diamankan ke ruangannya masih terdengar suaranya mengumpat kepada wakil ketua DPRD, dan dibalas dengan umpatan pula dari wakiil ketua DPRD yang sedang berada di ruangan rapat.
Saling mengumpat dan emosi disertai perkataan yang tak semetinya diperdengarkan oleh kedua pimpinan DPRD Majene tersebut, itu sangat menegangkan.
Kedua belah pihak masing-masing diamankan oleh orang yang hadir menyaksikannya saling berseteru. Adi Ahsan ditenangkan sejumlah orang untuk kembali duduk di kursi pimpinannya, sementara ketua DPRD ditenangkan pula di dalam ruangan kerjanya.
Peristiwa ini menjadi tontonan menarik lagi gratis bagi yang hadir, seperti ketua Komisi III dan anggota DPRD lainnya, serta Kepala Dinas Kesehatan dr. Rahmat dan stafnya serta kepala RSUD Majene dr. Yupie Handayani dan stafnya maupun wartawan. (***)
Yusuf/Redaksi