Air Mata dan Doa dari Sinjai, Perjuangan Faridatul Ilmi Menggapai Cita-cita di Tengah Keterbatasan

Makassar, kosongsatunews.com – Faridatul Ilmi, gadis asal Dusun Topangka, Desa Bulukamase, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, kini berada di ambang mewujudkan impiannya yang selama ini ia pupuk dengan penuh keteguhan. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi anggota Korps Wanita Angkatan Darat (KOWAD), sebuah mimpi yang terbilang besar untuk seseorang yang tumbuh di lingkungan keluarga sederhana.

Ilmi, anak dari pasangan Syamsulrijal (Anto) dan Jumriah, telah lama menyadari kondisi perekonomian keluarganya yang terbatas. Ayahnya, yang bekerja sebagai sopir angkutan dan kerap merantau ke Irian Jaya untuk mencari nafkah, sering kali kesulitan mendapatkan pekerjaan tetap. Sementara ibunya, Jumriah, berusaha membantu menopang ekonomi keluarga dengan bekerja serabutan. Namun, segala keterbatasan tersebut tak pernah memadamkan api semangat dalam diri Ilmi.

Pada awal Juli 2024, Ilmi berangkat ke Makassar untuk mengikuti proses seleksi masuk KOWAD di KODAM XIV/HSN. Meski menghadapi berbagai tantangan, ia tetap teguh menjalani serangkaian tes dengan tekad bulat. Proses seleksi yang memakan waktu hampir tiga bulan akhirnya menyisakan 14 peserta, termasuk Ilmi, yang berhasil lolos ke tahap berikutnya di Pusat Pendidikan Infanteri (Pussenif) di Bandung.

Rabu sore, 11 September 2024, menjadi momen yang penuh haru bagi keluarga dan kerabat Ilmi. Di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, kedua orang tua Ilmi melepas keberangkatan putri mereka dengan linangan air mata. Jumriah, dengan suara bergetar, hanya mampu berpesan, “Hanya doa yang bisa kami berikan, Nak.” Kalimat sederhana namun sarat makna ini mengiringi setiap langkah Ilmi menuju pesawat yang akan membawanya ke Bandung.

Syamsulrijal, sang ayah, tak mampu menyembunyikan rasa haru. Di balik tangisnya, ada kebanggaan yang mendalam melihat putri bungsunya melangkah lebih dekat menuju cita-cita. Meski kondisi ekonomi keluarga jauh dari kata ideal, Syamsulrijal tahu bahwa perjuangan Ilmi adalah bukti dari kerja keras dan keteguhan hati yang tidak bisa dinilai dengan materi.

Ilmi, yang merupakan alumni SMA Negeri 2 Sinjai, sejak remaja dikenal sebagai sosok yang disiplin dan pantang menyerah. Guru-gurunya mengingat betul bagaimana Ilmi sering berbicara tentang cita-citanya menjadi anggota KOWAD. Keberhasilan Ilmi dalam proses seleksi ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya.

Keberangkatan Ilmi ke Bandung tak hanya membawa harapan keluarganya, tetapi juga dukungan dari masyarakat Sinjai. Warga Desa Bulukamase ikut mendoakan kesuksesan Ilmi dalam menghadapi tes lanjutan di Pussenif. Mereka melihat Ilmi sebagai cerminan semangat dan keberanian generasi muda di Sinjai, yang meskipun berasal dari keluarga sederhana, mampu bermimpi besar dan berjuang keras untuk meraihnya.

“Kami bangga dengan Ilmi. Semoga dia bisa sukses dan menjadi inspirasi bagi anak-anak muda lainnya di sini,” ujar salah satu warga yang hadir di bandara untuk mengantarkan Ilmi. Harapan itu semakin terasa kuat saat pesawat yang ditumpangi Ilmi lepas landas, membawa serta doa dan impian dari kampung halamannya.

Proses seleksi di Bandung tentu bukan akhir dari perjalanan Ilmi. Ia masih harus menghadapi berbagai tes fisik dan mental yang lebih berat. Namun, Ilmi tak pernah merasa gentar. Ia sadar, setiap langkah yang ia tempuh bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk kedua orang tuanya yang selalu berjuang di tengah keterbatasan.

Dalam situasi yang serba sulit, Faridatul Ilmi menunjukkan bahwa mimpi besar tetap bisa diraih asalkan ada tekad, usaha, dan doa. Kisahnya bukan hanya tentang seorang gadis yang ingin menjadi tentara, tetapi juga tentang semangat juang yang tak pernah pudar, meski dihadapkan pada segala keterbatasan.

Harapan masyarakat Sinjai kini tertuju pada Ilmi, seorang putri daerah yang membawa impian seluruh keluarga dan desanya menuju masa depan yang lebih cerah. Keberhasilan Ilmi nantinya akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi Sinjai, sekaligus menjadi bukti bahwa mimpi besar tidak pernah mengenal batasan asal usul atau kondisi ekonomi.

Perjalanan Ilmi mungkin masih panjang, namun dengan doa dan dukungan dari orang tua serta masyarakat Sinjai, ia tak pernah merasa sendirian. Setiap langkah yang ia ambil menuju Bandung adalah langkah menuju masa depan yang penuh harapan, di mana mimpi-mimpi besarnya menanti untuk diwujudkan.(Yusuf Buraearah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar