Penulis : Mukhlis Hs (Tokoh Pemuda Tondong Dan Penggiat Media Sosial)
SINJAI, kosongsatunews.com – Jika SINJAI itu didefinisikan sama banyak, maka dibutuhkan keseimbangan. Butuh paket pemimpin yang nasionalis-religius. pemahaman atas prinsip nasionalisme yang religius akan memperkuat semua dasar filosofis berbangsa yang kemudian akan menjadi ruh pembangunan, khususnya di sinjai.
Jika SINJAI itu didefinisikan SIJAI’ (saling terjahit), maka bersatu adalah gambaran realita yang harus terbangun. Tidak hanya slogan semata. Menyatunya prinsip yang lahir dari kearifan lokal dengan nilai agama sebagai maps adalah kolaborasi yang benar-benar paripurna untuk sinjai berkompetisi dengan daerah lainnya di Indonesia.
Jika SINJAI adalah bumi panrita, tempat lahirnya orang-orang yang cerdas, maka saatnya menghadirkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual dalam menentukan sikap demi kemajuan bangsa ini
Jika SINJAI pernah menoreh sejarah, terikat dalam konfederasi tellu limpoe kemudian menggetarkan hegemoni gowa-bone. Maka saatnya tondong – bulo2 – lamatti menoreh kembali sejarah baru, menggetarkan sulawesi dengan kepemimpinan visioner demi kemajuan sinjai yang berkah, berdaya dan berbudaya.
Jika simbol sinjai adalah kuda, maka ia adalah makana kekuatan, kecepatan dan kecerdasan. Tentu simbol bukan lah sesuatu yang maknawi apatalagi hanya gambar namun sederhananya simbol mewakili makna. Disana kita akan tercelup secara ontologis bahwa simbol bernomenakan subtansial (Dasar filosofis). Maka jangan biarkan simbol itu mati, marilah kita berdiri dalam barisan-barisan berkuda.
Jika hari ini SINJAI butuh kehadiran pemimpin yang mampu melahirkan keseimbangan, keadilan dan persatuan maka semua indikasi di atas ada pada sosok pasangan Muzayyin Arif – Andi Ichsan Hamid (MA-AIH).