SINJAI, Kosongsatunews.com – Kabupaten Sinjai, yang dikenal dengan pesona alamnya yang memukau, ternyata menghadapi tantangan serius dalam sektor kelautan dan perikanan. Syamsul Alam, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sinjai, mengungkapkan bahwa anggaran untuk tahun 2024 hanya mencakup kebutuhan rutin. Dalam bincang-bincang eksklusif dengan Kosong Satu di ruangannya dua hari lalu (9/9/2024), Syamsul Alam menyatakan kekhawatirannya atas keterbatasan dana yang tersedia untuk mengembangkan potensi besar yang dimiliki daerah pesisir Sinjai.
Dinas Perikanan dan Kelautan Sinjai saat ini terfokus pada alokasi anggaran yang hanya mencakup kebutuhan operasional sehari-hari. Ini berarti bahwa meskipun ada banyak rencana ambisius untuk meningkatkan sektor perikanan, terbatasnya anggaran memaksa pihaknya untuk memilih prioritas yang paling mendesak. Keterbatasan anggaran ini berpotensi menghambat berbagai inisiatif pengembangan yang dapat mendongkrak kesejahteraan masyarakat pesisir di Sinjai.
Sinjai dikenal memiliki bentangan pesisir yang kaya dengan sumber daya alam, termasuk berbagai jenis ikan dan hasil laut lainnya yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Potensi ini seharusnya menjadi aset berharga untuk pengembangan ekonomi lokal. Namun, tanpa dukungan anggaran yang memadai, potensi tersebut sulit untuk dioptimalkan. Syamsul Alam menegaskan bahwa pengembangan infrastruktur perikanan, pelatihan bagi nelayan, dan pengelolaan sumber daya laut membutuhkan investasi yang cukup besar agar dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
Salah satu program yang menjadi prioritas adalah peningkatan fasilitas pelabuhan dan pusat pengolahan hasil laut. Fasilitas yang lebih baik tidak hanya akan meningkatkan efisiensi proses pengolahan, tetapi juga memungkinkan hasil laut dari Sinjai untuk memasuki pasar yang lebih luas. Namun, semua ini memerlukan anggaran yang lebih besar dari yang tersedia saat ini. Pihak Dinas Perikanan dan Kelautan berharap agar anggaran di masa depan dapat mencakup rencana pengembangan yang lebih komprehensif.
Selain itu, pemberdayaan nelayan lokal melalui pelatihan keterampilan dan teknologi baru juga menjadi salah satu fokus. Dengan teknologi yang tepat, para nelayan dapat meningkatkan hasil tangkapan mereka dan mengurangi risiko di laut. Namun, tanpa dukungan finansial yang memadai, implementasi program-program ini menjadi tantangan besar. Syamsul Alam berharap adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat dan sektor swasta, untuk menciptakan sinergi dalam pengembangan sektor perikanan.
Kendala anggaran juga mempengaruhi upaya perlindungan lingkungan laut dan konservasi. Kawasan pesisir Sinjai yang memiliki kekayaan biodiversitas memerlukan perhatian khusus untuk menjaga kelestariannya. Program konservasi yang efektif membutuhkan dana yang cukup untuk pemantauan dan penegakan hukum yang ketat, guna melindungi habitat laut dari kerusakan.
Masyarakat pesisir Sinjai memiliki harapan besar untuk melihat perubahan yang positif. Dengan potensi yang ada, mereka berkeinginan untuk melihat sektor perikanan dan kelautan berkembang pesat, membawa manfaat ekonomi dan sosial yang lebih besar. Untuk mewujudkan hal tersebut, dukungan dari semua pihak, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta, sangat diperlukan.
Ke depan, Sinjai perlu memprioritaskan alokasi anggaran untuk sektor kelautan dan perikanan. Meningkatkan investasi di sektor ini tidak hanya akan membantu memanfaatkan potensi ekonomi yang ada, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat pesisir. Semoga ada terobosan dan dukungan yang signifikan agar Sinjai dapat meraih manfaat maksimal dari kekayaan lautnya dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat pesisir.(Yusuf Buraerah)