Penulis: Yusuf Buraerah
HIBURAN – Kampung Gemboklangit sedang ramai-ramainya menghadapi pemilihan kepala dusun (pilkadus). Suasana semakin memanas mendekati hari H, tapi bukan karena strategi jitu dari tim sukses (timses) para kandidat. Sebaliknya, lima hari terakhir mereka justru sibuk berdebat kusir di grup WhatsApp!
Alih-alih memanfaatkan waktu untuk memetakan basis suara riil, timses kandidat malah terjebak adu argumen yang seringkali tidak jelas ujung pangkalnya. Grup WA dengan nama keren “Dukung Cak Dulus 100%!” yang tadinya dibuat untuk koordinasi kini berubah menjadi arena debat tanpa faedah.
“Masih inget nggak, tuh, pas debat kandidat kemarin, si Ambo ngomong salah nyebut nama dusun? Mana bisa dia mimpin kalau dusun sendiri aja nggak hafal?” tulis Pak Dirman, anggota timses, di grup.
Langsung disambar Bu Lastri, “Yang penting kan programnya jelas, beda sama kandidat kita! Janjinya aspal jalan dusun, padahal jalan desa masih pake batu kerikil!”
Pak Dirman membalas lagi, “Tapi kandidatmu pas kampanye akbar! Itu mau pimpin dusun atau bikin ulang tahun anak-anak?”
Sementara debat berlangsung sengit, kandidat mereka, Cak Dulus, hanya bisa memantau diam-diam dari layar ponselnya. Sesekali dia mengetik sesuatu, lalu menghapus lagi. “Ngapain debat nggak penting, suara kita masih kurang 20 persen di RT sebelah!” keluhnya sambil menggaruk kepala.
Situasi semakin absurd ketika ada anggota grup yang tiba-tiba curhat, “Eh, ada yang tau nggak, obat sakit pinggang yang manjur? Males ke puskesmas, ngantrinya panjang banget.” Bukannya mengarahkan pembahasan ke strategi kampanye, anggota lain justru ikut nimbrung kasih rekomendasi.
Cak Dulus akhirnya nekat kirim pesan, “Bapak/Ibu, fokus dong, ini suara kita masih bolong di RW 3. Kapan mau ke sana buat pastiin dukungan?”
Namun pesan itu tenggelam oleh banjir meme dan stiker lucu. Salah satunya stiker bergambar ayam jago dengan tulisan besar, “Santai, Bos, masih ada waktu!”
Dengan sisa tiga hari menuju pilkadus, strategi tetap jalan di tempat. Saat hari H tiba, hasilnya sudah bisa ditebak: Cak Dulus kalah telak. Timsesnya saling menyalahkan di grup WA, dan debat kusir berlanjut.
“Lagian siapa suruh debat nggak jelas! Coba dari awal kita petakan suara!” kata Pak Dirman.
“Yah, siapa juga yang bawa meme ayam jago ke grup? Malah bikin ngantuk!” balas Bu Lastri.
Dan begitulah Pilkadus di Kampung Gemboklangit menjadi cerita lucu yang tak terlupakan. Kandidat kalah bukan karena programnya buruk, tapi karena timsesnya lebih sibuk jadi debat-ers di grup WA daripada bekerja nyata di lapangan.
Catatan: Cerita di atas sifatnya hanya hiburan.