SIDRAP — Masih terdengar keluh kesah para sopir akibat masih terjadi salam tempel alias (pungli) di tengarai di Jembatan Timbang. Sulsel. Bahkan angkutan sayur mayur juga ikut kena getahnya, meski muatan mereka tidak mencapai 10 ton, apalagi hanya menggunakan mobil pik ap.
” jelas di persulit kalau tidak membayar upeti, dengan mempertanyakan semua kelengkapan mobil. ” saya pernah memuat hasil kebun yaitu jeruk nipis untuk di jual di pasar dengan membagikan langganan saya penjual bakso. Namun nyatanya setelah lewat di jembatan Timbang datae saya di persulit” keluh Ansar.
Lain halnya dengan sopir mengangkut barang campuran dan semen dll.
Mengaku setiap ingin melintasi Jembatan Timbang harus memiliki waktu tertentu.
” jadi ada memang waktunya kita harus lewat. Bahkan terkadang tidak masuk mobil untuk di Timbang, melainkan harus ikut perintah dari cukong yang di sepakati petugas Jembatan Timbang untuk menemui Sopir sebelum melewati.” Tetang sopir yang meminta identitasnya tidak di ketahui.
Disini tidak berlaku lagi Tonase mobil pengangkut, melainkan berapa jumlah salam tempel, yang sesuai dengan Tonasenya.
Tentu beda 6 roda dengan 10 roda, berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu sekali lewat jika membawa muatan, namun nampaknya sekarang ini tidak lagi seperti kemarin – kemarin. ” jadi kita itu pak, seperti main kucing – kucingan” katanya sambil tertawa.
Petugas Jembatan Timbang Datae suatu ketika di konfirmasi soal hal tersebut. Membantah, bahkan menurutnya kalau melewati 10 ton Tonasenya, itu di bongkar. Apalagi kita terkontrol dari pusat ujarnya mengelak.(a)