Demo Jilid V Ampera: Proyek Bibit Nangka dan Sukun di Bantaeng Diduga Diselimuti Skandal Korupsi

Makassar, kosongsatunews.com – Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat (Ampera) kembali menggebrak dengan aksi unjuk rasa jilid kelima mereka, Kamis (05/9/24), di depan Kantor Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi Selatan. Aksi ini mengarahkan sorotan tajam pada dugaan korupsi dalam proyek pengadaan bibit nangka madu dan sukun di Kabupaten Bantaeng yang melibatkan CV. Fortuna.

Dengan nilai proyek yang mencapai Rp 7 miliar, apa yang semula dianggap sebagai harapan petani kini berubah menjadi mimpi buruk. Ampera menuding proyek ini hanya menjadi panggung untuk memperkaya diri sejumlah oknum yang haus kekuasaan. “Korupsi, kolusi, dan nepotisme telah mencederai proyek ini. Kita tidak akan diam!” teriak Romi, orator aksi, membakar semangat massa.

Ampera menduga kuat adanya permainan kotor dalam penentuan pemenang tender. CV. Fortuna, yang ditunjuk sebagai pelaksana proyek, disebut tidak layak. “Rekam jejak mereka meragukan, namun entah bagaimana mereka bisa memenangi tender. Ini jelas ada sesuatu yang busuk,” lanjut Romi.

Tidak hanya itu, kualitas bibit yang disediakan juga dipertanyakan. Para petani, yang seharusnya menjadi penerima manfaat, justru dirugikan dengan bibit yang tidak sesuai standar. “Bibit ini seharusnya jadi simbol kemajuan pertanian, tapi yang kita lihat adalah proyek gagal yang diselimuti korupsi,” ujar Romi dengan penuh kemarahan.

Ampera menuntut agar pihak Kejati Sulsel segera mengambil langkah tegas. “Kami tidak butuh janji-janji manis lagi! Rakyat sudah terlalu sering dikhianati. Kami menuntut investigasi penuh dan penegakan hukum secepatnya,” seru Romi, suaranya memecah hiruk pikuk jalanan.

Merespons tekanan dari massa, Kasipenkum Kejati Sulsel, Soetarmo S.H., keluar menemui perwakilan Ampera. Dalam pernyataannya, ia menjanjikan bahwa kasus ini tidak akan diabaikan. “Kami akan membentuk tim khusus untuk menyelidiki dugaan penyelewengan ini. Proses hukum akan berjalan sesuai prosedur, dan tidak akan ada pihak yang kebal hukum,” ujar Soetarmo dengan sikap serius.

Soetarmo juga menegaskan bahwa Kejati Sulsel telah menerima berkas laporan dari Ampera dan segera menindaklanjutinya. “Pelaksanaan hukum adalah prioritas kami, dan kami akan mengungkap fakta tanpa pandang bulu,” tegasnya lagi, mencoba meredam gejolak massa.

Meski Soetarmo berjanji akan melakukan penyelidikan, Ampera tetap bersikeras bahwa mereka akan mengawal kasus ini sampai keadilan ditegakkan. “Kami akan terus berada di sini, di setiap tahap, sampai para pelaku korupsi ini diseret ke pengadilan,” ujar Romi, suaranya semakin lantang.

Massa aksi, yang mulai memadati halaman Kejati, memperingatkan bahwa jika kasus ini tidak diusut dengan tuntas, gelombang protes akan semakin membesar. Bagi Ampera, ini bukan hanya soal uang negara yang hilang, tetapi juga soal nasib petani dan kepercayaan rakyat yang hancur.

Ketika aksi berakhir menjelang senja, satu hal jelas: Ampera tidak akan mundur. Skandal korupsi ini, jika dibiarkan, akan terus menghantui dan merusak tatanan pemerintahan. Ampera, dengan semangat yang terus menyala, berjanji akan menjadi duri bagi setiap oknum yang berani bermain dengan uang rakyat.

“Kami tidak akan berhenti sampai keadilan benar-benar ditegakkan. Korupsi ini harus dibongkar habis-habisan!” ujar Romi, menutup orasinya dengan ancaman penuh keyakinan.(Yusuf Buraerah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *