Sinjai,kosongsatunews.com – Pemerintah Desa Talle, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, mengajak seluruh warganya serta masyarakat dari desa-desa tetangga untuk bersama-sama berpartisipasi dalam kegiatan berburu babi hutan yang akan digelar pada Kamis, 21 November 2024, di Hutan Lajangng’e, Dusun Gareccing. Acara ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga lahan pertanian dari ancaman hama, tetapi juga sebagai ajang mempererat kebersamaan antarwarga desa.
Kepala Desa Talle, Ir. Abd. Rajab, dalam himbauannya pada Sabtu, 16 November 2024, menyebut bahwa kegiatan ini dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan babi hutan yang kerap merusak tanaman warga. “Kami mengundang masyarakat Desa Talle dan desa-desa tetangga untuk turut serta. Selain menjaga hasil pertanian, kegiatan ini juga menjadi bentuk gotong royong yang memperkuat persaudaraan,” ujarnya kepada kosongsatunews.com.
Kegiatan berburu babi hutan ini bukan hanya sekadar upaya pengendalian hama, tetapi juga bagian dari tradisi lokal yang sarat nilai-nilai kebersamaan. Salah satu kegiatan yang turut dilaksanakan adalah mabbuareng, sebuah tradisi khas “berburu babi hutan” yang menggambarkan semangat kerja sama dan solidaritas antarwarga.
Berburu babi hutan telah menjadi kegiatan rutin di Desa Talle, terutama ketika populasi babi liar meningkat dan mulai mengancam hasil panen petani. Babi hutan dikenal sebagai hama yang dapat merusak tanaman dalam waktu singkat, sehingga pengendaliannya perlu dilakukan secara kolektif dengan melibatkan warga dari berbagai desa.
Hutan Lajangng’e dipilih sebagai lokasi berburu karena di sana sering terlihat kawanan babi hutan. Kegiatan melibatkan warga dari berbagai dusun di Desa Talle dan masyarakat dari desa-desa tetangga yang secara sukarela membawa peralatan berburu seperti parang, tombak, dan anjing pemburu.
Namun, berburu babi hutan di Hutan Lajangng’e bukan tanpa tantangan. Medan terjal dan lebatnya vegetasi seringkali menjadi hambatan. Meski demikian, semangat gotong royong masyarakat dari Desa Talle dan desa-desa tetangga menjadi kekuatan utama dalam menghadapi tantangan ini.
Selain aspek teknis berburu, kegiatan ini juga menjadi ajang silaturahmi dan kebersamaan. Seusai berburu, warga biasanya berkumpul saling berbagi cerita. Tradisi mabbuareng sebagai rangkaian berburu babi hutan menambah nuansa kebersamaan dalam kegiatan ini.
Bagi masyarakat Desa Talle dan desa-desa tetangga, kegiatan seperti ini memiliki makna tersendiri. Selain menjaga kelangsungan hidup pertanian, acara berburu babi hutan juga mencerminkan betapa pentingnya kolaborasi dalam menghadapi masalah bersama. Hal ini menjadi salah satu bentuk nyata dari kearifan lokal yang tetap lestari di tengah perkembangan zaman.
Kepala Desa Talle menegaskan pentingnya persiapan dan koordinasi untuk memastikan kegiatan berjalan dengan lancar. Ia juga mengingatkan warga tetap berhati-hati demi menjaga keselamatan.
Kegiatan berburu babi hutan ini tidak hanya tentang mengatasi hama, tetapi juga tentang menghidupkan semangat gotong royong, melestarikan tradisi, dan membangun kebersamaan. Dengan antusiasme warga Desa Talle dan desa-desa tetangga, acara ini diperkirakan akan berlangsung meriah dan membawa manfaat bagi masyarakat. (Yusuf)