Spiritual merupakan rute perjalan manusia mendekatkan diri kepada Tuhan. Karenanya, disepanjang jalan spiritual itu ada semacam terminal berkumpulnya semua dari berbagai agama yang berbeda, tanpa perlu mempersiapkan bagaimana caranya masing-masing menekuni ajaran dan tuntunan agamanya. Karena itu spiritual bersifat universal upaya jalan bersama menuju kedekatan diri kepada Tuhan.
Okeh karena itu gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual menjadi kebutuhan dari setiap manusia, termasuk mereka yang belum percaya kepada Tuhan.
Dalam proses perjalanan spiritual inilah — mereka yang belum percaya sepenuhnya kepada Tuhan — dapat menemukan berkah dan hikmah — percaya pada kebesaran serta kekuasaan Tuhan yang tidak mungkin diabaikan. Dan gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual yang dimotori oleh Sri Eko Sriyanto Galgendu sejak 28 tahun silam — saat masih bermukim di kota kelahirannya Solo — gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual telah dilakukannya bersama Gus Dur, Susuhunan Paku Buwono XII serta Prof. Dr (HC) KH. Muhammad Habib Khirzin serta tokoh dan pemuka agama agama Buddha dan dari Bali. Karena nilai-nilai yang terkandung di dalam laku spiritual mensyaratkan ketaatan pada etika, moral dan akhlak mulia manusia yang harus terjaga. Ketiga komponen tersebut, tidak satu pun yang bisa diabaikan.
Seperti tentang etika adalah semacam rambu penjaga perilaku manusia untuk berketetapan pada perbuatan yang baik, bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Sedangkan moral adalan penuntun hati untuk memulai sesuatu dengan niat yang baik, bertujuan baik dan menjaga kecenderungan untuk berperilaku buruk. Mulai dari berbohong, tidak jujur, tidak ikhlas alias munafik serta kemurahan hati untuk memberi pertolongan kepada siapa pun — tanpa memandang asal usul dan latar belakang maupun agama yang bersangkutan — karena sifat Ilahiyah bawaan yang dikaruniakan oleh Tuhan kepada setiap manusia yang mau menjaga dan memelihara nilai-nilai kemuliaan yang bersifat Ilahiyah ini.
Pada akhirnya, akhlak mulia akan sangat menentukan niat, perkataan, perbuatan hingga hasil yang dilakukan itu harus baik dan bermanfaat tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga harus bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena itu, bobroknya tantangan berbangsa dan bernegara — tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negeri manapun — penyebab utamanya disebabkan oleh perilaku manusia yang membuat kerusakan di bumi ini akibat abai pada tuntunan ilahi yang diwakili oleh manusia dan alam sebagai eksistensi dari realitas keberadaan Tuhan yang sesungguhnya Maha Pengasih dan Maha Penyayang terhadap umatnya yang tidak pongah dan tidak rakus dengan cara tidak hanya mengedepankan kemampuan dan keahlian intelektual semata, tetapi juga harus dan mutlak menggunakan kemampuan dan kecerdasan spiritual yang tidak bisa diabaikan.
Sebab kerusakan di bumi — bukan hanya yang dialami oleh suatu bangsa dan negara semata — penyebabnya adalah kepongahan dan kejumawahan intelektual yang tidak berbasis pada spiritual. Oleh karena itu, mulai dari pendidikan nasional yang semakin mengabaikan pelajaran budi pekerti, basis keagamaan hingga sopan santun dalam bertutur kata hingga bertingkah laku harus segera dibenahi, agar peradaban manusia — khususnya bagi bangsa dan negara Indonesia tidak semakin ambruk dan amblas ditelan oleh jaman yang terus bergerak tanpa kendali. Sebab mass depan yang lebih baik, lebih beradab adakah milik kita bersama yang tidak boleh ditentukan oleh orang lain.
Banten, 11 Oktober 2025