MAMASA — Program unggulan Presiden berupa Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menuai kritik. Aktivis Mamasa, Tambrin, menilai program tersebut tidak berjalan maksimal, khususnya di wilayah pedesaan dan daerah terpencil Kabupaten Mamasa.
Menurut Tambrin, meski program MBG telah lama digembar-gemborkan pemerintah pusat, faktanya banyak sekolah di pelosok yang belum merasakan manfaatnya. Ia menyebut hanya sebagian sekolah di wilayah perkotaan Mamasa yang mendapatkan layanan, sementara sekolah-sekolah di desa terpencil sama sekali belum tersentuh.
“Ini membuktikan bahwa program ini setengah berjalan dan setengah gagal. Bagaimana bisa dikatakan berhasil kalau anak-anak bangsa di pelosok hanya mendengar dari media bahwa program ini sudah berjalan, padahal kenyataannya tidak mereka rasakan?” ujarnya. Sabtu, (6/12/2025).
Tambrin juga mengkritisi narasi pemerintah yang terus mengagungkan keberhasilan program MBG, sementara realitas di lapangan disebut jauh dari harapan masyarakat Indonesia. Ia bahkan menyinggung dampak pengalihan anggaran besar-besaran menuju program tersebut.
“Banyak pembangunan yang terhambat akibat efisiensi anggaran yang dialihkan ke MBG. Mulai dari perbaikan infrastruktur, gedung pendidikan, fasilitas kesehatan, hingga rumah layak huni bagi warga kurang mampu. Semua itu jauh lebih dibutuhkan masyarakat,” tegasnya.
Lebih lanjut, Tambrin menyampaikan bahwa akan lebih efektif jika anggaran MBG disalurkan melalui Program Indonesia Pintar (PIP) atau diberikan langsung dalam bentuk uang ke setiap siswa. Menurutnya, cara ini lebih transparan dan mengurangi potensi penyimpangan atau dugaan keuntungan bagi pihak tertentu.
“Saya lebih tertarik bila program ini dialihkan ke PIP atau diuangkan saja ke siswa, supaya tidak ada tipu-tipunya,” pungkas Tambrin.
Hingga berita ini diturunkan, pihak terkait belum memberikan tanggapan resmi atas kritik tersebut. (Ayu)







