Manusia adalah makhluk sosial, yang tentunya di dalam aktivitas hidup dan kehidupannya haruslah berhubungan, dengan lingkungan internal dan eksternalnya. Semua siklus kehidupannya saling berhubungan satu sama lain, dan saling pengaruh mempengaruhi antara satu dan lainnya. Bila satu rangkaikan siklus tersebut, terjadi penambahan, pengurangan atau perubahan maka rangkaian atau rantai siklus lainnya, otomatis juga akan berubah.
Ketika berusia muda dan kita tutup usia, maka besar kemungkinan pahala dan dosa kita juga sedikit. Juga ilmu pengetahuan dunia atau akhirat, berkemungkinan besar sedikit pula. Sekiranya nanti berusia tua, lalu tutup usia maka besar kemungkinan pahala kita akan banyak atau dosa kita yang akan banyak. Begitu pula kenalan atau berteman dengan orang saleh atau pun orang jahat, mungkin pula akan banyak, karena usia tua kita memberi kesempatan lebih banyak dari usia muda.
Ketika kita hidup sebagai orang kaya, tentu banyak uang dan harta, berkemungkinan besar pula kita banyak sahabat, keluarga atau pun juga musuh. Kebutuhan hidup, biasanya juga sangat banyak dan serba mewah, penyakit mahal juga biasanya yang hinggap, bukan penyakit murah. Jika kita miskin, biasanya kebutuhan hidup juga sederhana, kemungkinan besar pula hanya sedikit sahabat, keluarga atau juga musuh. Penyakit yang hinggap pada si miskin, biasanya pula penyakit yang murah.
Paragraph diatas mungkin bisa sedikit mewakili illustrasi dari banyak illustrasi-illustrasi lainnya, mengenai siklus hidup manusia. Dimana jika terjadi perubahan, dari salah satu rantai siklus, maka semua rangkaian akan berubah.
Dari semua hal diatas, kita bisa meraba kesimpulan, bahwa Allah SWT tidak pernah membeda-bedakan hambanya. Semua diberi hal yang sama. Diberikan miskin, kaya, usia muda, usia tua, susah, bahagia, cantik, tampan, jelek atau pun sederhana, dan semuanya diberikan ke tiap-tiap orang untuk dipilihnya. Karena Allah Maha Adil, sehingga mustahil membeda-bedakan hambaNya.
Dalam proses perkembangannya, tiap orang yang diberi hal yang sama ini, biasanya ada yang melakukan hal berbeda dari kriteria yang juga telah disediakan oleh Allah SWT. Sehingga hasilnya pun juga berbeda pada tiap orang. Akhirnya ada orang yang kaya, karena kriteria yang disediakan, mampu dilakukannya dengan baik dan benar. Begitu pula, ketika orang jadi miskin, karena dia tidak mau lakukan kriteria yang bermuara jadi orang kaya. Begitu pun, dengan cantik, tampan, jelek, umur panjang, umur pendek, semua karena kriteria yang disediakan mampu dipilihnya dengan tepat, dan ada juga yang memilih dengan tidak tepat.
Allah Maha Adil, dan mustahil Allah tidak adil. Manusia saja yang boleh jadi kurang tepat dalam memilih kriteria/jalan yang telah disediakan untuknya dalam ukuran dan jumlah yang sama. Mungkin manusia kurang maksimal dalam ikhtiar, sehingga hasil pun kurang maksimal. Sesuai Firman Allah dalam Alqur’an yang berbunyi: ” Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu merubah nasibnya sendiri” (QS, Ar Ra’d:11).
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Setiap manusia dilahirkan oleh ibunya diatas fitrah. Kedua orang tuanya yang menjadikan dirinya Nasrani, Yahudi atau Majusi” (HR : Bukhari dan Muslim). Sangat besar pula andil orang tua dalam proses menuju arah nasib atau kehidupan seorang manusia.
Janganlah pernah keluar dari mulut maupun tersirat di hati, bahwa Allah itu tidak adil atau tidak benar. Karena yang salah adalah diri kita sendiri yang dengan sengaja atau tidak sengaja memilih/melakukan kriteria secara salah, sehingga hasil juga salah atau menderita.
Allah Maha Adil, sehingga jika diibaratkan satu orang diberi sepuluh, maka semuanya diberi sepuluh. Hanya dalam perkembangannya, ada orang yang melipatgandakan sepuluh ini jadi seratus, seribu, dan seterusnya. Tapi ada pula, yang langsung menghabiskannya dalam sekejap. Semua tergantung usahanya sendiri. Allah membantu ketika manusia berusaha, begitu pula sebaliknya. (Wallahu A’lam Bis Shawabi)
Syahrir AR
Gowa, Sabtu, 29 September 2019