Oleh Muhammad Yusuf, SH.
OPINI, Sinjai (8/9/2024) kosongsatunews.com – Masalah keterbatasan stok darah di rumah sakit umum daerah (RSUD) di berbagai kabupaten dan kota kerap menjadi momok bagi pelayanan kesehatan. Pasien yang membutuhkan transfusi darah sering kali mengalami kesulitan mendapatkan stok darah yang sesuai, terutama jika golongan darah mereka langka. Kondisi ini menciptakan ketidakpastian yang membahayakan nyawa, terutama dalam situasi darurat. Untuk itu, diperlukan solusi yang lebih terstruktur dan efektif guna mengatasi krisis ini.
Salah satu solusi utama yang bisa diambil oleh pemerintah daerah (Pemkab/Pemkot) adalah menerapkan program pendataan golongan darah warga secara terintegrasi. Program ini bertujuan untuk mencatat setiap golongan darah warga di suatu wilayah melalui sistem berbasis teknologi. Dengan demikian, ketika ada pasien yang membutuhkan darah, RSUD dapat segera mengakses data tersebut dan mencari pendonor dengan golongan darah yang sesuai secara cepat dan efisien.
Pendataan Golongan Darah Warga: Inovasi Krusial
Program ini dapat dimulai dengan mewajibkan pencatatan golongan darah dalam database kependudukan. Setiap kali warga mengurus administrasi kependudukan, seperti pembuatan KTP, KK, atau paspor, mereka juga diminta untuk mencantumkan golongan darah mereka. Informasi ini kemudian diintegrasikan dalam sistem layanan kesehatan daerah, sehingga data tersebut dapat diakses oleh rumah sakit ketika dibutuhkan.
Dengan adanya data terpusat ini, proses pencarian darah bisa dilakukan dengan lebih mudah dan cepat. Tidak ada lagi waktu yang terbuang untuk mencari donor di saat kritis, karena rumah sakit bisa langsung mendapatkan informasi siapa saja warga yang memiliki golongan darah yang sama dan bisa menjadi pendonor potensial. Ini bisa mengurangi risiko keterlambatan yang selama ini sering terjadi.
Kolaborasi dengan PMI dan Organisasi Sosial
Untuk mendukung implementasi program ini, Pemkab/Pemkot dapat bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dan berbagai organisasi sosial yang bergerak di bidang kesehatan. PMI, yang selama ini menjadi garda terdepan dalam pengelolaan donor darah, bisa berperan sebagai mitra dalam melakukan pendataan ulang golongan darah serta mengkoordinasikan jadwal donor darah secara rutin di setiap wilayah.
Selain itu, dengan adanya pendataan golongan darah yang akurat, PMI juga bisa lebih mudah memobilisasi donor ketika ada kebutuhan mendesak, baik untuk kasus kecelakaan, operasi, maupun kondisi medis lainnya. Kolaborasi ini akan mempercepat proses pemenuhan kebutuhan darah di setiap RSUD, terutama pada saat-saat darurat.
Pemanfaatan Teknologi untuk Sistem Real-Time
Pendataan ini harus didukung oleh sistem teknologi informasi yang mumpuni. Data golongan darah yang sudah terkumpul harus dapat diakses secara real-time oleh setiap rumah sakit di daerah, sehingga stok darah dapat dikelola dengan lebih efisien. Sistem ini juga dapat dihubungkan dengan aplikasi mobile, di mana masyarakat bisa mengunduh aplikasi yang akan memberi notifikasi ketika ada permintaan darah sesuai dengan golongan mereka.
Misalnya, ketika ada pasien dengan golongan darah AB membutuhkan donor, aplikasi ini akan mengirimkan pemberitahuan kepada semua warga yang sudah terdaftar dengan golongan darah yang sama di wilayah tersebut. Warga yang bersedia mendonorkan darahnya bisa langsung datang ke rumah sakit atau PMI untuk memberikan bantuan.
Pentingnya Jaringan Kerja Antar-Rumah Sakit
Selain menciptakan database terpusat di setiap kabupaten/kota, Pemkab/Pemkot juga perlu membangun jaringan kerja antar-RSUD. Jaringan ini memungkinkan rumah sakit untuk saling berbagi stok darah ketika salah satu rumah sakit kehabisan persediaan. Dengan adanya pendataan yang terintegrasi, RSUD dapat mengetahui rumah sakit mana yang memiliki stok darah yang diperlukan, sehingga proses distribusi darah bisa dilakukan dengan lebih cepat dan tepat.
Penguatan Regulasi dan Insentif bagi Pendonor
Selain itu, pemerintah daerah perlu menguatkan regulasi terkait donor darah, misalnya dengan memberikan insentif bagi warga yang rutin mendonorkan darahnya. Insentif ini bisa berupa potongan biaya kesehatan atau penghargaan khusus, yang dapat memotivasi warga untuk lebih aktif berpartisipasi dalam program donor darah. Semakin banyak pendonor yang terlibat, maka semakin terjamin pula ketersediaan stok darah di setiap rumah sakit.
Edukasi Masyarakat tentang Pentingnya Donor Darah
Tidak kalah penting adalah edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya donor darah. Banyak warga yang masih enggan mendonorkan darah karena kurangnya pemahaman mengenai manfaat dan keamanan proses donor darah. Edukasi ini bisa dilakukan melalui berbagai platform, seperti media sosial, seminar di sekolah dan kampus, serta kampanye di lingkungan kerja. Dengan edukasi yang tepat, diharapkan kesadaran masyarakat akan meningkat dan jumlah pendonor pun bertambah.
Evaluasi Berkala untuk Memastikan Keberhasilan Program
Untuk memastikan keberhasilan program ini, pemerintah daerah perlu melakukan evaluasi berkala. Evaluasi ini bertujuan untuk memantau efektivitas pendataan golongan darah serta kesiapan sistem real-time di lapangan. Jika ditemukan kendala, segera dilakukan penyesuaian agar program bisa berjalan optimal.
Dampak Positif bagi Pelayanan Kesehatan
Dengan adanya program pendataan golongan darah yang terintegrasi, pelayanan kesehatan di daerah akan menjadi lebih tanggap dan responsif. Rumah sakit tidak lagi harus menghadapi situasi genting karena kekurangan stok darah, dan pasien bisa mendapatkan transfusi yang mereka butuhkan tepat waktu. Ini juga akan mengurangi beban keluarga pasien, yang biasanya harus mencari donor darah sendiri di luar rumah sakit.
Kesimpulan: Mewujudkan Pelayanan Kesehatan yang Lebih Baik
Program pendataan golongan darah warga adalah langkah solutif yang mendesak untuk segera diimplementasikan oleh Pemkab/Pemkot. Dengan dukungan teknologi dan kolaborasi lintas sektor, program ini berpotensi menyelamatkan banyak nyawa dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di daerah. Ini adalah bentuk nyata tanggung jawab pemerintah daerah dalam menjamin kesejahteraan warganya, terutama dalam hal yang berkaitan dengan keselamatan jiwa.
Catatan
Dalam lima tahun terakhir, kebutuhan darah di Indonesia mencapai sekitar 5,1 juta kantong per tahun, menurut data PMI. Rata-rata, 12.000 hingga 15.000 kantong darah dibutuhkan setiap hari untuk memenuhi permintaan pasien dengan kondisi kritis, seperti kecelakaan, operasi besar, talasemia, dan kanker. Namun, PMI mencatat bahwa stok darah nasional masih sering mengalami kekurangan, dengan pasokan hanya mampu memenuhi sekitar 90% dari total kebutuhan tahunan. Program donor darah secara rutin terus digencarkan untuk menutup kekurangan ini.