TORAJA UTARA – KOSONG SATU. Prosesi upacara Rambu Solo di Kelurahan Tallung Lipu Kecamatan Tallung Lipu, Kabupaten Toraja Utara, berakhir hari iini setelah acara Ma’Pasonglo yakni, memindahkan jenazah dari lumbung ke lapangan tempat pelaksanaan upacara.
Berikut Laporan wartawan Kosong Satu, JULIUS TARUK yang mengikuti jalannya prosesi Rambu Solo keluarga Almarhumah Helena Pongsibidang di Tallung Lipu, Toraja Utara.
Prosesi Ma’Pasonglo dalam upacara Rambu Solo yang digelar keluarga almarhumah Helena Pongsibidan diawali pemotongan puluhan ekor kerbau dan diakhiri prosesi Ma’Palao atau Mengarak jenazah ke tempat pemakaman.

Upacara Rambu Solo di Tallung Lipu digelar selama dua pekan dengan tahapan prosesi yang disyaratkan , namun prosesi adu kerbau serta pemotongan kerbau yang menarik animo wisatawan lokal maupun mancanegara untuk menyaksikan.
Antusias warga dalam menyaksikan Adu kerbau dalam prosesi upacara Rambu Solo sangat besar. Ini karena, adu kerbau adalah salah satu acara yang paling dinantikan, tidak hanya warga setempat, wisatawan lokal pun banyak berdatangan, bahkan wisatawan mancanegara, semuanya tumpah di arena adu kerbau di Tallung Lipu.
Adu kerbau, salah satu agenda yang dipersiapkan keluarga almarhumah Helena Pongsibidang selama tiga hari pada prosesi upacara Rambu Solo. Ini bukan hanya sekadar pertarungan antara dua ekor kerbau, tapi juga memiliki makna yang dalam.
Adu kerbau dalam upacara Rambu Solo merupakan simbol penghormatan kepada leluhur dan orang yang telah meninggal.
Peserta adu kerbau dalam upacara Rambu Solo mewakili keluarga besar almarhumah. Mereka akan membawa kerbau yang akan diadu, dan kerbau tersebut dianggap sebagai simbol kekuatan dan keberanian keluarga.
Kontestan yang membawa kerbau untuk diadu adalah, laki-laki yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan almarhumah, dan mereka akan berpartisipasi dalam adu kerbau untuk menunjukkan kekuatan dan keberanian mereka. Adu kerbau ini juga dianggap sebagai cara untuk menghormati almarhumah dan membantu jiwa mereka menuju ke alam keabadian.
Pemenang adu kerbau dalam upacara Rambu Solo ditentukan oleh kekuatan dan keberanian kerbau, serta kemampuan dan strategi pemilik kerbau. Kerbau yang menang akan dianggap sebagai simbol kekuatan dan keberanian keluarga, dan pemiliknya akan mendapatkan kehormatan dan penghargaan dari masyarakat.
Kerbau yang menang kemudian diarak keliling kampung dan pemiliknya akan mendapatkan hadiah dan pujian dari masyarakat. Sementara itu, kerbau yang kalah akan dianggap sebagai simbol kelemahan, tapi pemiliknya masih akan mendapatkan penghargaan atas partisipasi mereka dalam adu kerbau.
Pemenang adu kerbau ini juga dapat mempengaruhi status sosial keluarga dalam masyarakat, karena kerbau yang menang dianggap sebagai simbol kekuatan dan keberanian keluarga.
Kerbau yang sudah diadu dalam upacara Rambu Solo dijadikan persembahan kepada leluhur dan almarhumah. Kerbau tersebut telah disembelih dan dagingnya dibagikan kepada keluarga dan masyarakat yang hadir dalam upacara.
Adu kerbau merupakan salah satu prosesi upacara Rambu Solo, tidak sekadar simbol kekuatan dan keberanian, tapi juga menjadi bagian dari ritual keagamaan dan budaya masyarakat Toraja.
Rambu Solo merupakan upacara adat yang sangat penting bagi masyarakat Toraja, sebagai wujud penghormatan kepada leluhur dan menjaga keseimbangan spiritual. (**)




